Kontrasepsi Spiral / IUD



Saya akan kasih tahu suami tentang hal ini.
Kalau kami tetap memutuskan pakai spiral, semoga saya masih bisa
memberikan adik buat anak pertama saya kalau saya copot spiral dan
saya harus sering-sering cek spiral ke dokter.

Tanya:
Terima kasih atas infonya, saya akan kasih tahu suami tentang hal ini. Kalau kami tetap memutuskan pakai spiral, semoga saya masih bisa memberikan adik buat anak pertama saya kalau saya copot spiral dan saya harus sering-sering cek spiral ke dokter. [Krs]
 
Jawab:
Saya juga dulu tidak ditanya sama dokter. Saya juga termasuk orang yang malas ke dokter untuk kontrol spiral (cuma 2 kali selama 3 tahun. Yang pertama, seminggu setelah pemasangan, yang kedua waktu mau lepas spiral) Tapi Alhamdulillah selama 3 tahun pakai spiral tidak ada keluhan dan sebulan setelah lepas spiral, Alhamdulillah saya dikasih kepercayaan sama Allah untuk hamil lagi [QQ]

Waktu saya mau pasang kontrasepsi 7 bulan yang lalu, saya tanya-tanya sama dokter kira-kira kontrasepsi apa yang bagus. Terus dsog saya menjelaskan beberapa macam kontrasepsi yang ada, termasuk spiral. Beliau menganjurkan pakai spiral karena efek hormonnya relatif lebih sedikit. Terus saya cerita, bahwa ada temen sekantor yang setelah lepas spiral (sudah 4 tahun) susah hamil lagi malah sekarang dia ada kista. Katanya lagi, tidak semua orang yang pakai spiral berefek seperti itu, banyak juga yang lepas spiral langsung hamil. Spiral juga jika waktunya cukup panjang yaitu 10 tahun, tapi sebaiknya memang harus rajin kontrol 6 bulan pertama, 1 tahun pertama, dan setiap 3 tahun sekali katanya. Terus sejak pakai spiral saya baru dapat haid 5 bulan kemudian, rasanya sakit sekali. Waktu saya kontrol saya dikasih obat untuk mengurangi rasa sakit. Ternyata pada waktu haid ada kontraksi sehingga terasa kesakitan. Kata dsog kalau bulan depan masih sakit lagi ya terpaksa saya harus lepas spiral, wah saya harus ganti apa ya? ada yang kasusnya kayak saya tidak ya? Jadi, mungkin masing-masing orang beda kali [IT]

Dulu waktu saya habis melahirkan anak pertama juga ditanya sama dsog, mau pakai KB apa, dan dia tanya kapan rencana mau hamil lagi. Waktu saya bilang 2 tahun lagi, dia Cuma kasih pilihan pil, suntik, kalender atau kondom. Dia tidak menyarankan spiral buat yang mau punya anak lagi dalam waktu dekat dengan alasan seperti yang dibilang sama Mbak Ren dibawah ini [Rn]
Yang saya baca, kalau di luar negeri spiral tidak dianjurkan untuk orang yang ingin punya anak lagi, karena resikonya (ternyata) cukup besar, dari mulai infeksi s/d infertility. Jadi spiral itu benda asing yang dimasukkan, juga ada benang panjang. Si benang ini punya kemungkinan kontak dengan dunia luar yang lebih besar, jadi kemungkinan ada infeksi yang bisa ‘naik’ ke atas. Akibat dari infeksi tahu sendirilah, bagian dalam kita bisa rusak, atau apa lah, yang bisa juga mengakibatkan parut-parut –> akibatnya susah hamil. Tidak mau hormonal jadi pakai spiral? Beberapa spiral juga diberi hormon, meskipun kadarnya lebih kecil, supaya daya kerjanya lebih mantap, selain untuk menghalangi masuknya sperma, juga hormon tersebut untuk bisa meruntuhkan dinding rahim. Kalau benar-benar tidak mau hormonal, pakai kondom atau berpantang. Yang lain semua hormonal. Dan kontrasepsi yang paling aman buat ibu memang 2 tadi itu : berpantang dan kondom. Cuma harus disiplin, nah ini yang susahnya Memang tidak semua pemakai spiral kena efek sampingnya, banyak juga yang baik-baik saja, begitu copot langsung hamil dan tidak bermasalah. Tapi kalau kena, ya biar bagaimanapun repot juga. Sekarang saya tidak mau pakai spiral lagi, pakai kontrasepsi yang paling aman tadi itu, meskipun tidak selalu bisa disiplin. Untung masih menyusui, jadi (semoga) terbantu usaha pencegahan kehamilannya [Ren]